Saturday, January 4, 2014

[Artikel ini dikutip dari Harian SINDO/Seputar Indonesia, edisi 4 Oktober 2013]

Kiprah Windi Septia Dewi, Pemilik Teri Bajak Medan - Berkat Sosial Media, Sukses Dalam Waktu Singkat

Teri Medan cukup dikenal masyarakat hingga di luar Sumatera Utara (Sumut). Kini, teri Medan sudah menjadi oleh-oleh khas Kota Medan. Usaha ini pula yang dibidik Windi Septia Dewi, 22, dengan mengemas teri Medan dalam berbagai varian rasa dengan nama Teri Bajak.

Uniknya, dia sukses menjajal bisnisnya dalam waktu singkat. Usaha Teri Bajak boleh dibilang baru seumur jagung. Windi memulainya baru sejak 17 Juni lalu. Namun, perkembangannya luar biasa. Walaupun pada bulan pertama Windi hanya mampu menjual sebanyak 21 bungkus dengan kemasan 150 gram, tetapi dalam hitungan empat bulan, dia sudah mampu menjual hingga 350 bungkus.

“Alhamdulillah, September lalu saya sudah menjual sebanyak 350 bungkus. Pembelinya ada yang dari Medan, Pekanbaru, Jakarta, Bandung, hingga Yogyakarta,” ujar anak pertama dari dua bersaudara ini. Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Sumatara Utara (USU) ini memang awalnya tak menyangka usaha yang dirintisnya bakal secepat ini diterima pasar.

Maklum, sebelumnya dia pernah berbisnis pakaian bersama teman-temannya, tapi tak berjalan mulus. “Mudahmudahan usaha teri ini bisa berjalan panjang,” ujarnya. Windi merintis usaha Teri Bajak berawal dari banyaknya teman-teman di event organizer( EO) yang berasal dari Jakarta yang ingin membeli teri Medan. Dari permintaan teman-temannya inilah muncul ide untuk membuat usaha teri yang dikemas dengan berbagai varian rasa dan menarik.

“Windi kansuka nge-MC juga, jadi banyak teman-teman EO dari Jakarta yang minta teri Medan. Dari sanalah muncul ide untuk membuat usaha ini,” ucapnya. Dibantu mama tercinta, Masrukiah Simanjuntak, Windi pun mulai membuat teri Medan dengan berbagai varian rasa, seperti rasa cabai rawit, sambal cabai merah, dan teri campur kacang. “Setelah dimasak sama mama, saya foto-foto dan menyebarkannya ke sosial media.

Awalnya saya tak menyangka bisa cepat mendapatkan respons dan langsung dari Jakarta ada yang memesan sebanyak 12 bungkus. Dari sanalah mulai mencari kemasannya juga merek sendiri,” ujar presenter program Jalan Nyasar di Deli TV ini. Untuk merek sendiri, Windi mendapatkannya secara kepepet. Berhubung sudah ada konsumen, mau tidak mau dia harus segera punya brandsendiri. ”Awalnya bingung mau dibuat nama apa, tapi karena Windi tinggal di Jalan Bajak V, jadinya buat merek Teri Bajak saja.

Lama- lama, pas searching-searchingdi internet ternyata ada juga Sambal Bajak, jadi brand-nya seperti pas, karena saya menjual sambal teri Medan,” kata perempuan berjilbab ini. Usahanya ini dipromosikan melalui sosial media, seperti di Twitter,@teribajakmedan; Line, teribajak; di Instagram, teribajakmedan; dan di Facebook,teri bajak medan. Saat ini ada juga yang dititip digerai-gerai, seperti Swalayan Taman Setia Budi Indah dan Foodcourt Kaswari.

Ke depannya, perempuan kelahiran Medan, 29 September 1991 ini ingin sekali mensejajarkan Teri Bajak Medan sebagai buah tangan khas Kota Medan, sehingga kalau orang luar datang ke Medan tidak hanya membeli Bika Ambon ataupun Bolu Meranti, tapi juga membeli Teri Bajak. “Inginnya punya gerai oleh-oleh khas Kota Medan. Meskipun mama berkeinginan saya tetap menjadi seorang PNS, keinginan menjajal bisnis itu cukup kuat dalam diri saya,” tandasnya. 

LIA ANGGIA NASUTION
Medan  

No comments:

Post a Comment